Ponimin sekeluarga berlindung di bawah mukena yang dipakai istri Ponimin, Yati, yang baru selesai menunaikan salat magrib. Bisa dibilang ajaib, mukena yang hanya dua meter lebarnya dan terbuat dari kain bisa menahan panasnya wedhus gembel.
Selamatnya Ponimin memang berbau mistis. Untuk menuju pos pengungsian terdekat, Ponimin sekeluarga menggunakan bantal dan sajadah sebagai alas secara bergantian dari rumahnya di Dusun Kaliadem, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
Menurut Ponimin, ia dan keluarganya selamat karena pertolongan sosok gaib yang datang kepadanya. Sosok gaib itu berwujud kakek mengenakan baju putih dengan api di bagian belakangnya.
Mahluk gaib itu datang dua hari sebelum letusan dan memberitahukan bahwa Merapi akan meletus. Ponimin diperintahkan tetap di rumah dan akan selamat jika ia dan keluarganya memakan jenang merah-putih dan minum air tujuh sumur yang telah diberi doa. Jenang itu harus dimakan habis oleh keluarganya.
Sosok itu mengatakan jika Ponimin mengungsi, awan panas akan dilemparkan ke rumah arah Selatan atau ke rumah Ponimin. Namun, jika tetap di rumah, awan panas itu akan dibuang ke barat sampai ke halaman rumah Mbah Maridjan.
Sehari sebelum letusan, sosok itu datang lagi dan menyuruh membuat kupat luar janur kuning berisi rajah arab dan uang Rp100 rupiah gambar gunung. Kemudian digantung di depan rumah.
Sehari setelah itu, Merapi meletus. Ia dan keluarganya selamat. Ponimin hanya menderita luka bakar di bagian kakinya karena tidak tertutup mukena saat awan panas datang.
sumber = http://klepeut.blogspot.com/2010/10/inilah-foto-mukena-yang-selamatkan.html
0 komentar:
Post a Comment